Thursday, August 16, 2007

Apakah alam semesta itu kekal adanya? Atau memiliki asal-muasal?

Translate: English


Beberapa orang percaya bahwa alam semesta ini kekal adanya dan tidak memiliki suatu asal-muasal. Teori matematika memungkinkan suatu jumlah yang tidak terhingga dan ini menyebabkan asumsi akan mungkinnya ketidak terbatasan dalam suatu peristiwa.

Norman Geisler dalam bukunya menekankan bahwa ada dua jenis kekekalan: kekekalan (ketidak terbatasan) dalam dunia matematika dan kekekalan (ketidak terbatasan) dalam dunia nyata.

Kekekalan (ketidak terbatasan) dalam dunia matematika itu mungkin. Tetapi kekekalan ini hanya dapat dihubungkan terhadap sesuatu yang abstract (sesuatu yang tidak memiliki suatu dimensi). Sebagai contoh: adanya jumlah titik-titik yang tidak terbatas (titik imaginasi) diantara tepi meja ke tepi lainnya.

Kekekalan (ketidak terbatasan) dunia nyata itu ada hubungannya terhadap sesuatu yang pasti dan nyata. Kita bisa memiliki jumlah titik-titik yang tidak terbatas dari tepi buku yang satu ke tepi lainnya (sesuatu yang abstract). Tetapi kita tidak bisa memiliki jumlah buku yang tidak terhingga dalam dunia nyata.

Kekekalan (ketidak terbatasan) dalam dunia matematika tidak akan mungkin untuk di-terapkan dalam dunia nyata. William Lane Craig, Phd, memberikan suatu ilustrasi yang jelas mengenai hal ini.

Pernyataan pertama: Saya memiliki sejumlah kelereng yang tidak terbatas dan saya akan memberikan seluruh kelereng yang saya miliki kepada anda. Maka kelereng saya tidak tersisa satu pun.

Pernyataan kedua: Saya memiliki kelereng yang jumlahnya tidak terbatas dan saya hanya akan memberikan kelereng dengan nomor yang ganjil dan saya akan menyimpan kelereng yang bernomor genap. Maka jumlah kelereng saya akan sama jumlahnya dengan kelereng anda (sama-sama tidak terhingga).

Pernyataan ketiga: Saya hanya akan memberikan kelereng yang bernomor 4 keatas kepada anda. Jadi kelereng saya tinggal tiga.

Illustrasi ini menunjukan bahwa kekekalan dalam dunia nyata itu tidak mungkin untuk terjadi karena kesimpulan yang saling bertolak belakang.

Pernyataan pertama: tidak terhingga - tidak terhingga = 0

Pernyataan kedua: tidak terhingga -tidak terhingga = tidak terhingga

Pernyataan ketiga: tidak terhingga -tidak terhingga = 3

Disini kita dapat melihat bahwa ketika kita mungurangi jumlah yang tidak terhingga terhadap jumlah lain yang tidak terhingga, kita hanya dapat menghasilkan hasil yang berbeda. Hal yang sama juga dalam kekekalan (ketidak terbatasan) peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu ( mari kita gantikan kelereng dengan peristiwa-peristiwa). Kekekalan (ketidak batasan) peristiwa di alam semesta itu sangat tidak mungkin, oleh karena itu alam semesta semestinya memiliki awal. Kekekalan (ketidak batasan) peristiwa di Alam semesta itu sangat tidak mungkin, oleh karena itu alam semesta semestinya memiliki awal.

Kalaupun ada jumlah peristiwa yang tidak terbatas/kekal (Ingat bahwa asumsi akan jumlah peristiwa yang tidak terbatas/kekal hanyalah suatu konsep/ pemikiran yang tidak bisa dihubungkan dalam dunia nyata), ini tidak bisa membuktikan tentang adanya peristiwa awal/ mula-mula. Karena harus ada penyebab awal agar suatu peristiwa bisa muncul (hukum sebab dan akibat).


Kesimpulan:

  1. Ada dua jenis jumlah kekekalan: Kekekalan (ketidak terbatasan) dalam dunia matematika dan kekekalan dalam dunia nyata.
  2. Menerapkan kekekalan (ketidak terbatasan) dalam dunia matematika ke dunia nyata hanya akan menghasilkan kesimpulan yang bertolak belakang.
  3. Alam semesta tidak bisa memiliki ketidak terbatasan peristiwa di masa lalu, oleh sebab itu alam semesta memiliki asal muasal.

Bibliography
Geisler. Norman. L, 2006, “Baker Encyclopaedia of Christian Apologetics (8th ED.)”, Kalam cosmological argument, p. 399, Baker Academic, United States of America.

Strobel. Lee, 2004, “The case for a creator”, The evident of Cosmology: the pathway of mathematic, p. 102, Zondervan, United States of America.

Melihat Karangan ini dalam bahasa English